Asian Development Bank Revisi Proyeksi Pertumbuhan Indonesia pada 2019

Suasana bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/1/2019). - Bisnis/Abdullah Azzam

Publikasi ekonomi terbaru yang dirilis oleh Asian Development Bank (ADB) menyatakan bahwa perekonomian Indonesia akan mempertahankan laju pertumbuhan yang positif pada 2019 dan 2020, berkat konsumsi domestik yang tetap kuat.
Namun, perlambatan dari penurunan ekspor dan melemahnya investasi domestik membuat ADB merevisi proyeksi ekonominya untuk Indonesia menjadi 5,1 persen pada tahun ini dari 5,2 persen pada 2018, sebelum kembali menguat ke level 5,2 persen pada tahun depan.
Direktur ADB untuk Indonesia Winfried Wicklein mengatakan konsumsi yang kuat akan membantu Indonesia mempertahankan pertumbuhan ekonominya, baik tahun ini maupun tahun depan.
"Fundamental ekonomi masih solid, posisi fiskal dikelola dengan baik, harga-harga stabil, dan cadangan devisa pada posisi yang cukup aman," ujarnya pada paparan laporan ADB Outlook 2019 Update di Jakarta, Rabu (25/9/2019).
Wicklein menambahkan Indonesia membutuhkan dorongan investasi yang lebih kuat untuk mendukung ekspansi ekonomi, dengan meningkatkan fokus pada daya saing dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai kunci utamanya. ADB memperkirakan investasi akan terus membaik menjelang akhir 2019, seiring dengan kemajuan pembangunan proyek-proyek strategis nasional untuk meningkatkan jaringan infrastruktur.
Di sisi lain, pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) dinilai berpeluang memberikan stimulus bagi pertumbuhan kredit.
Pada 2020, ADB memproyeksikan investasi swasta akan terus membaik seiring dengan ekspektasi berbagai kebijakan reformasi baru untuk meningkatkan iklim usaha dan mempercepat modernisasi perekonomian.
"Belanja konsumen diharapkan dapat mempertahankan pertumbuhan yang kuat untuk tahun ini dan tahun depan, ditopang oleh naiknya pendapatan rumah tangga, pertumbuhan lapangan kerja, dan inflasi yang rendah," lanjut Wicklein.
Inflasi diproyeksikan akan tetap stabil sebesar 3,2 persen pada tahun ini dan 3,3 persen pada 2020, sehingga akan membantu mempertahankan momentum belanja swasta. Sementara itu, inflasi inti diperkirakan tetap terjaga dan harga pangan juga tidak akan berubah.
Laporan ini juga menyoroti pelemahan pertumbuhan di antara mitra dagang Indonesia yang mempengaruhi neraca perdagangan. Namun, defisit transaksi berjalan diperkirakan tetap terkendali pada 2,7 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun ini.
Meski demikian, investasi dan pertumbuhan ekonomi yang mulai menguat diperkirakan menyebabkan defisit transaksi berjalan melebar ke 2,9 persen PDB pada 2020.
Institusi yang berbasis di Filipina ini juga memperkirakan sektor jasa Indonesia akan tetap tumbuh tinggi berkat kenaikan populasi kaum muda yang terus menguat dan mendongkrak penggunaan jasa online. Di sektor industri, konstruksi kemungkinan akan diuntungkan oleh pembangunan properti perkotaan.
Komitmen pemerintah untuk mengadopsi teknologi baru juga akan meningkatkan kemampuan manufaktur dan memicu peningkatan daya saing dalam jangka menengah.
Ekonom ADB untuk Indonesia Emma Allen mengungkapkan risiko eksternal terhadap proyeksi perekonomian Indonesia di antaranya adalah ketegangan perdagangan global dan melemahnya momentum perdagangan, yang menurutnya harus terus diawasi.
"Melemahnya investasi juga perlu menjadi perhatian dan Indonesia harus tetap melanjutkan langkah-langkah reformasi guna mendiversifikasi perekonomiannya dan bersiap memanfaatkan peluang perubahan rantai pasokan global," tulis laporan tersebut.
Share:

Recent Posts